Gadis Belia, Wattpad dan Perpustakaan

author: taufan febriawan | May 12, 2015 |
no comments

Wattpad appBeberapa waktu yang lalu, saya tidak ingat kapan tepatnya, saya sedang berada di dalam bus kopaja. Duduk di bangku paling belakang tanpa sandaran karena bangku dengan sandaran begitu sempit sehingga seringkali menekan lutut. Karena hal tersebut makanya saya duduk paling belakang yang kebetulan sedang kosong. Beberapa saat kemudian bus berhenti didepan sekolah, SMP, untuk mengangkut beberapa penumpang pelajar, dua orang perempuan berseragam putih biru.

Tidak ada yang spesial dengan mereka berdua kecuali pakaian seragam mereka yang sopan dan tutur kata yang terjaga dan lembut. Mereka berdua asik mengobrol dari sebelum naik bus sampai duduk dibangku belakang tepat di samping saya. Yang menarik perhatian adalah yang sedang mereka bicarakan. Samar-samar terdengar mereka membicarakan nama-nama yang asing di telinga. Sambil menunjuk kepada smartphonenya masing-masing, mereka bergantian dengan semangat menciratakan apa yang ada di layar smartphone mereka.

Lama kelamaan, pembicaraan mereka semakin jelas, mereka ternyata membicarakan novel dan novel tersebut ada di smartphone mereka. Penasaran, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengintip menggunakan ekor mata ke layar smartphone mereka. Sekilas terbaca Wattpad, dan langsung saya catat agar tidak lupa.

Asik menguping dan mengintip, tidak terasa, bus kopaja yang saya naiki sudah melewati tempat dimana saya harus turun, saya kelewatan. Langsung saya bergegas mengetok atas bus dan berteriak ‘kiri’ agar supir menginjak rem. Setelah mendarat dengan sempurna, saya berjalan menyusuri tepian jalan dan akhirnya sampai di depan pintu kantor. Selesai absen dan menyiapkan perlengkapan tempur, saya membuka browser dan langsung googling Wattpad. Alhasil ternyata Wattpad adalah aplikasi untuk membaca dan menulis di mana saja. Membaca disini maksudnya adalah membaca tulisan hasil karya orang lain, yang mungkin dijadikan bahan obrolan dua pelajar yang berada di bus tadi.

Di saat banyak remaja belia mengagung-agungkan sosial media populer, dua gadis belia tadi sedikit membuka mata saya. Tidak semua remaja ‘kecanduan’ sosial media. Meskipun hanya sedikit, mereka tetap ada, seperti dua gadis tadi yang dengan semangat saling menceritakan novel yang mereka baca. Sungguh biasa sekali jika kita melihat remaja pada umumnya saling histeris jika sudah saling mengomentari tweet atau timeline mereka atau teman-teman mereka. Mata tetap terpaku pada layar sambil berteriak ke teman yang ada di depannya dan pembicaraan mereka ada di dalam layar. Sungguh-sungguh pengalaman yang langka yang saya dapatkan pada saat itu. Dua gadis belia tadi saling bertukar pikiran dengan menatap mata, dan smartphone mereka layaknya sebuah novel biasa dimana mereka saling menunjukkan apa yang mereka baca. Dalam pemahaman saya, ini revolusi digital yang sebenarnya. Bukan timeline, dan tweet-tweet sampah yang sekarang jadi ‘tuhan’ di kalangan remaja.

Lalu apa hubungannya dengan perpustakaan? Tidak ada jika hubungannya dengan cerita saya di atas. Namun saya rasa perpustakaan juga harus berevolusi tidak hanya digitalisasi list koleksi semata namun juga bisa dibaca melalui layar kecil dimanapun berada. Bukan hal yang mudah dan bukan hal yang tidak mungkin pula. Jika tidak demikian, perpustakaan hanya akan menjadi tempat yang membosankan. Saya berkhayal, di masa depan, smartphone kita bisa mengunduh semua list koleksi perpustakaan dan membaca versi elektronik buku yang kita inginkan.

Lalu apakah perpustakaan tidak perlu ada lagi? Tidak! Perpustakaan harus tetap ada, librarianpun juga harus tetap ada. Perpustakaanlah yang memiliki data lengkap semua buku yang ada di dunia ini. Perpustakaan akan berperan sebagai vendor penyedia jasa subscribe akses buku-buku yang mereka miliki. Orang yang ingin membaca buku bisa subscribe di perpustakaan yang memiliki koleksi buku yang dimaksud. Perpustakaan juga berperan mengatur semua kategorisasi termasuk manajemen bibliography sehingga user dapat dengan mudah menemukan buku yang harus mereka baca. Perpustakaan juga masih menyimpan dan merawat buku fisik untuk user temukan. Buku fisik bagaimanapun memiliki kandungan historis yang tidak akan pernah dapat digantikan dengan buku digital. Masih banyak lagi yang dapat dikembangkan oleh perpustakaan jika kita mau menggunakan nalar dan fantasi yang kita miliki.

Perkembangan digital sering diisukan memiliki banyak sisi negatif. Hal itu memang benar. Karena itu, peran kita sebagai kakak dan orangtua meluruskan dan membuka cakrawala mereka yang lebih muda tentang manfaat positif apa yang bisa kita ambil dari teknologi digital. Saya dan kamu bisa memberitahu mereka yang lebih muda, bahwa banyak sekali hal keren selain Facebook, Twitter, Path dan Instagram. Banyak sekali aplikasi digital lainnya yang bisa mengembangkan minat dan hobi setiap orang. Saya menulis ini dengan harapan adik-adik dan anak saya kelak memanfaatkan teknologi digital untuk aktifitas yang positif dan berguna. Kalau kamu?

This entry was posted in daily me by taufan febriawan. Bookmark the permalink

0 peoples comment on “Gadis Belia, Wattpad dan Perpustakaan”

get in touch

Your email address will not be published. Required fields are marked *