orang berbakat tidak pandang tempat

author: taufan febriawan | May 9, 2010 |
2 comments
raycharles

Ray Charles Show

Enam bulan lebih semenjak saya meninggalkan semarang, ibukota jawa tengah yang telah  memberi banyak pengalaman hidup untuk saya. Selama itu pula rutinitas bekasi-jakarta-bekasi hampir saya jalani setiap hari. Jika bukan karena hal-hal unik yang saya temui hampir setiap hari dalam perjalanan, mungkin saya sudah “mati” dalam kebosanan yang teramat sangat. Kebosanan apalagi jika bukan karena kemacetan dan polusi udara yang sudah menjadi makanan sehari-hari para travelers dan pedestrians di jakarta. Bersyukur Tuhan maha adil sehingga saya diberikan tontonan unik di sepanjang perjalanan sebagai pelipur lara.

Hal unik yang pasti saya temui setiap hari dalam perjalanan adalah para pengamen atau saya lebih suka menyebutnya sebagai seniman jalanan. Semua seniman jalanan saya anggap profesional jika memenuhi satu kondisi, yakni memainkan peranannya (beryanyi/berpuisi/bermonolog dll) dengan penjiwaan yang baik serta bertanggung jawab menyelesaikan atraksinya dari awal sampai akhir. Agak berat memang definisinya, namun memang demikianlah kenyataannya di jalanan untuk membedakan mereka yang profesional atau yang sekedar mengemis.

Jadi jika saya sebut mereka profesional, jangan kira anda akan menemui seorang seniman dengan baju yang rapih, rambut tertata dan dengan bebauan yang harum. Mereka profesional karena apa yang mereka suguhkan sepanjang perjalanan, khususnya di dalam bus yang saya tumpangi setiap hari. Sebutlah seorang seniman setengah baya berbadan agak besar dengan topi khas kabayan serta okulele yang selalu setia menemaninya. Seniman yang satu ini sangat unik, beliau seorang penyanyi yang membawakan lagu secara medley tanpa jeda. Lagu-lagu yang dinyanyikan bervariasi, mulai dari tembang kenangan karya almarhum Chirsye, lagu anak muda jaman sekarang dari Band Ungu sampai lagu2 nostalgia dari spanyol. Wow, saya sering berdecak kagum ketika si bapak ini sangat fasih menyanyikan lagu2 spanyol beserta nada dan iramanya. Keahlian bermain okulelenyapun tidak usah diragukan lagi, si bapak yang satu ini kelihatannya memang sangat terlatih memainkannya.

Seniman berikutnya adalah duo vocalist muda (mungkin di bawah 30 tahun) yang luar biasa. Kenapa luar biasa? karena dua2nya memiliki kualitas suara yang sangat merdu dengan pencapaian nada2 yang sangat ekstrim yang mungkin tidak kalah dengan mariah carey yang nada suaranya bisa mencapai 6 oktaf tangga nada. Salah satunya bermain gitar dan memiliki kemampuan yang tidak kalah hebatnya dengan suaranya. Pernah mencoba bermain gitar di dalam bus? dimana banyak sekali getaran yang memungkinkan petikan gitar menjadi kurang enak didengar. Namun tidak terjadi pada si pemain gitar yang satu ini. Dengan luwes ia memainkan kunci2 gitar minor, major dan diminished tanpa terselip sedikutpun. Begitupula ketika memainkan bagian2 melodic, benar2 sempurna. Tentu saja mereka berdua membawakan lagu2 populer yang disukai anak muda jaman sekarang seperti Pasto dan lainnya.

Duo vocalist lainnya juga saya temukan pada kesempatan yang berbeda. Kali ini mereka berdua sama-sama bermain gitar. Yang paling teringat dari duo vocalist ini adalah ketika mereka membawakan lagu Jason Mraz feat Colbie Caillat dengan lagu Lucky. Benar2 luar biasa, suara mereka merdu yang diiringi dengan keahlian bermain gitar yang sangat baik. Agak berbeda dengan seniman lainnya, penampilan mereka bersih walaupun hanya sekedar memakai kaos oblong dan celana jeans selutut dengan corak sobekan disana-sini serta beralaskan sandal jepit. Perawakan mereka tidak nampak kalau mereka berasal dari kalangan ekonomi lemah. Mungkin seniman yang satu ini bisa kita kategorikan sebagai seniman jalanan dari kalangan ekonomi menengah yang mencari sampingan dengan bermain musik di dalam bus (hehe panjang juga yah namanya…)

Berikutnya adalah seorang seniman kecil, mungkin berusia di bawah 10 tahun, yang boleh saya katakan sangat-sangat luar biasa untuk anak seumurnya dan yang senasib dengannya. Perjumpaan saya dengan bocah yang satu ini berawal ketika saya baru saja menaiki bus yang lumayan sepi penumpang. Saya melihatnya sedang duduk santai seorang diri di kursi paling belakang. Awalnya saya mengira dia hanya seorang penumpang biasa layaknya penumpang lainnya. Beberapa menit bus berjalan, si bocah mulai menuju tengah panggung dalam bus. Dia menyapa penumpang sebagaimana sapaan para seniman lainnya ketika membuka awal pertunjukkan di dalam bus. Si bocah yang mungkin tidak lebih tinggi dari setengah tinggi badan saya ini mulai memetik okulelenya. Tidak disangka si bocah ini menunjukkan kemampuannya yang luar biasa. Sekedar informasi, kebanyakan seniman yang berusia sepantaran dengan bocah ini, saya kategorikan pengemis walaupun sama2 mendendangkan lagu. Hal tersebut karena kebanyakan dari mereka membawakan lagu dengan asal-asalan. Hal tersebut tidak ditemui sedikitpun pada bocah luar biasa ini. Dimana letak luar biasanya? Yang paling terlihat adalah cara ia memainkan okulelenya yang penuh teknik dan improvisasi yang tidak asal genjreng, namun juga menyesuaikan irama lagu aslinya. Suara si bocah walaupun tidak sebaik kemampuannya bermain okulele juga menunjukkan adanya penjiwaan yang baik terhadap irama lagu.

Jika saya sebutkan satu persatu para seniman jalanan yang pernah saya temui di jalan, akan ada belasan bahkan puluhan seniman luar biasa lainnya yang tidak hanya memiliki kemampuan olah vokal yang akan saya bahas di sini. Mungkin saya akan membahasnya pada kesempatan lainnya. Namun sebagai penutup ijinkanlah saya menceritakan kepada anda mengenai seniman jalanan yang baru2 ini saya temui. Usianya masih remaja, belasan tahun atau mungkin awal duapuluhan. Jika anda melihat tampilan si seniman yang satu ini sekilas mungkin anda akan menyangkanya sebagai preman jalanan, rambutnya gondrong dan berantakan, kaos oblong dan celana pendek yang lusuh serta  gaya bicaranya yang seperti orang teler. Namun khayalan anda tersebut akan sirna dari awal ia memperkenalkan diri. Sebenernya tidak ada yang istimewa dari cara ia memperkenalkan diri. Namun satu hal yang selalu ia tekankan, ia selalu meminta maaf kepada para penumpang yang mengerti nada lagu, apabila nada yang ia mainkan tidak tepat. Kenyataannya? Luar biasa sekali, semua nada yang ia nyanyikan baik oleh suaranya maupun dari permainan gitarnya benar2 sesuai dengan nada lagu aslinya. Bahkan beberapa improvisasi nada ia mainkan seperti ketika ia membawakan lagu Cintaku dari Chrisye dengan nada akustik. Kelihatannya memang ia memiliki keahlian dalam memainkan nada2 akustik. Hal tersebut juga terlihat ketika ia membawakan lagu I Will Fly dari Ten2Five serta lagu Inikah Cinta dari ME yang dibawakannya penuh alunan akustik. Lagu pamungkas yang ia jadikan penutup pada saat itu adalah lagu Menghujam Jantungku dari Tompi yang benar-benar dibawakan dengan baik dan sempurna.

Jika anda menganggap semua seniman yang saya ceritakan itu biasa saja, cobalah anda lakukan sendiri membawakan sebuah lagu di dalam bus yang penuh sesak penumpang, dengan getaran mesin bus yang sangat terasa serta pijakan yang sangat labil seiring dengan laju bus. Tidak sedikit dari para seniman jalanan ini baik yang profesional maupun yang tidak, harus jatuh bangun di dalam bus karena pijakan bus yang labil. Namun mereka semua tetap melanjutkan pertunjukkan sampai tuntas. Menyelesaikan sebuah lagu dengan baik berarti membawa mereka lebih dekat kepada uluran uang recehan yang lebih banyak dari para penumpang. Mungkin saja salah satu dari yang saya ceritakan di sini dapat mengikuti jejak Aris pemenang Indonesian Idol 2008 yang juga berlatar belakang sebagai seniman jalanan. Orang yang berbakat tidak pandang tempat dimana mereka berdiri, entah itu di panggung bus kota maupun di panggung Idol, mereka dapat dengan bebas berekspresi. Sejatinya bagi saya, mereka semua adalah The True Face of Indonesian Idol. Betul?

*Penjelasan mengenai ilustrasi:

Mengapa saya memilih foto ini adalah karena ekspresi Ray Charles dalam foto ini serta latar panggung belakangnya yang sangat dramatic. Jika di bus saya menemui seniman yang saya anggap profesional saya merasa seakan-akan melihat pertujunjukan musik layaknya foto yang satu ini. Tiba-tiba kondisi bus gelap, saya tidak merasakan kehadiran orang-orang di sekitar, lantas lampu yang sangat terang menyoroti si seniman jalanan kemudian dimulailah pertunjukan yang luar biasa 🙂

This entry was posted in Uncategorized and tagged by taufan febriawan. Bookmark the permalink

2 peoples comment on “orang berbakat tidak pandang tempat”

  • Amrul on 13:37 May/09/2010 said:

    jadi juri Indonesia mencari bakat wae pan… 🙂

  • tukangdezain on 14:00 May/09/2010 said:

    Hehehe, aku malah pengn bikin reality show sendiri 🙂

get in touch

Your email address will not be published. Required fields are marked *