di kolong langit, di perut bumi
no commentspagi ini tidak kudengar bisikan angin
pagi ini tidak kulihat sorotan mentari
hanya gumpalan awan kelabu
menutupi seluruh atap langit di atasku
pagi ini terasa hambar
padahal kesibukan di depan mata
entah kemana hilangnya semangat
saat dibutuhkan ia tak ada
mungkin sedang jenuh saja pikirku
rutinitas hidup yang sebenarnya tidak kuinginkan
kukira sudah cukup dinamis
ternyata masih terkandung kekakuan di dalamnya
sulit untuk menentukan jalan
ketika mendongak langit kelabu
ketika menunduk jalan berbatu
ketika terpejam tak seorangpun membantu
apa mungkin harapan harus setinggi langit?
ketika langit tidak mengijinkan kita untuk melihatnya
apa mungkin harapan itu ada di dalam bumi?
sesuatu yang tidak pernah kusadari namun kuinjak setiap hari
tapi aku tidak akan menyerah
meski ribuan anak tangga harus kudaki menuju langit
meski hamparan kerikil harus kutapaki menyusuri bumi
demi terwujudnya segala harapan
semarang
need more than just a miracle
0 peoples comment on “di kolong langit, di perut bumi”